Jauhilah Sifal-sifat Munafik - Blog Kang Fatur

Jauhilah Sifal-sifat Munafik

Di awal surat Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa Taโ€™ala menyebutkan tiga golongan manusia:
1. Kaum mukminin
2. Orang-orang kafir
3. Orang-orang munafik
Allah Subhanahu wa Taโ€™ala membeberkan kepada kaum mukminin di dalam ayat-ayat tersebut tentang kebusukan hati orang-orang munafik dan permusuhan mereka kepada kaum mukminin.
Allah Subhanahu wa Taโ€™ala menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang berbuat kerusakan namun mengklaim sebagai orang yang melakukan perbaikan:

ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ููŠู„ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ุชููู’ุณูุฏููˆุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู†ูŽุญู’ู†ู ู…ูุตู’ู„ูุญููˆู†ูŽ. ุฃูŽู„ูŽุง ุฅูู†ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ู‡ูู…ู ุงู„ู’ู…ููู’ุณูุฏููˆู†ูŽ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุดู’ุนูุฑููˆู†ูŽ

Apabila dikatakan kepada mereka, โ€œJanganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi.โ€ Maka mereka berkata, โ€œKami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.โ€ Ketahuilah, mereka adalah umat yang melakukan kerusakan namun mereka tidak mengetahuinya. (Al-Baqarah: 11-12)
Mereka adalah orang-orang dungu. Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ููŠู„ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุกูŽุงู…ูู†ููˆุง ูƒูŽู…ูŽุง ุกูŽุงู…ูŽู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุฃูŽู†ูุคู’ู…ูู†ู ูƒูŽู…ูŽุง ุกูŽุงู…ูŽู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูููŽู‡ูŽุงุกู ุฃูŽู„ูŽุง ุฅูู†ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ู‡ูู…ู ุงู„ุณู‘ูููŽู‡ูŽุงุกู ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ

Apabila dikatakan kepada mereka, โ€œBerimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.โ€ Mereka menjawab, โ€œAkan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?โ€ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh (dungu), tetapi mereka tidak tahu. (Al-Baqarah: 13)
Allah Subhanahu wa Taโ€™ala akan memperolok mereka:

ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุณู’ุชูŽู‡ู’ุฒูุฆู ุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽู…ูุฏู‘ูู‡ูู…ู’ ูููŠ ุทูุบู’ูŠูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู‡ููˆู†ูŽ

โ€œAllah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.โ€ (Al-Baqarah: 15)
Di antara bentuk balasan dari Allah Subhanahu wa Taโ€™ala adalah ketika di hari kiamat nanti, sebagaimana Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุชูŽุฑูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู ูŠูŽุณู’ุนูŽู‰ ู†ููˆุฑูู‡ูู…ู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽุจูุฃูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ุจูุดู’ุฑูŽุงูƒูู…ู ุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุฌูŽู†ู‘ูŽุงุชูŒ ุชูŽุฌู’ุฑููŠ ู…ูู†ู’ ุชูŽุญู’ุชูู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ู‡ูŽุงุฑู ุฎูŽุงู„ูุฏููŠู†ูŽ ูููŠู‡ูŽุง ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ููŽูˆู’ุฒู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู. ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููˆู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ูŽุงุชู ู„ูู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุกูŽุงู…ูŽู†ููˆุง ุงู†ู’ุธูุฑููˆู†ูŽุง ู†ูŽู‚ู’ุชูŽุจูุณู’ ู…ูู†ู’ ู†ููˆุฑููƒูู…ู’ ู‚ููŠู„ูŽ ุงุฑู’ุฌูุนููˆุง ูˆูŽุฑูŽุงุกูŽูƒูู…ู’ ููŽุงู„ู’ุชูŽู…ูุณููˆุง ู†ููˆุฑู‹ุง ููŽุถูุฑูุจูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ุจูุณููˆุฑู ู„ูŽู‡ู ุจูŽุงุจูŒ ุจูŽุงุทูู†ูู‡ู ูููŠู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุธูŽุงู‡ูุฑูู‡ู ู…ูู†ู’ ู‚ูุจูŽู„ูู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุฐูŽุงุจู. ูŠูู†ูŽุงุฏููˆู†ูŽู‡ูู…ู’ ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ู†ูŽูƒูู†ู’ ู…ูŽุนูŽูƒูู…ู’ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุจูŽู„ูŽู‰ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู‘ูŽูƒูู…ู’ ููŽุชูŽู†ู’ุชูู…ู’ ุฃูŽู†ู’ููุณูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุชูŽุฑูŽุจู‘ูŽุตู’ุชูู…ู’ ูˆูŽุงุฑู’ุชูŽุจู’ุชูู…ู’ ูˆูŽุบูŽุฑู‘ูŽุชู’ูƒูู…ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ูŽุงู†ููŠู‘ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฌูŽุงุกูŽ ุฃูŽู…ู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุบูŽุฑู‘ูŽูƒูู…ู’ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ุบูŽุฑููˆุฑู

(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada meraka): โ€œPada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.โ€ Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: โ€œTunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.โ€ Dikatakan (kepada mereka): โ€œKembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).โ€ Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: โ€œBukankah kami dahulu bersama-sama dengan kalian?โ€ Mereka menjawab: โ€œBenar, tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.โ€ (Al-Hadid: 12-14)
Di dalam ayat-ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Taโ€™ala mengancam orang-orang munafikin dengan ancaman yang keras. Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆุง ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽู†ู’ ูŠูุญูŽุงุฏูุฏู ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูŽู‡ู ููŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ู„ูŽู‡ู ู†ูŽุงุฑูŽ ุฌูŽู‡ูŽู†ู‘ูŽู…ูŽ ุฎูŽุงู„ูุฏู‹ุง ูููŠู‡ูŽุง ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ุฎูุฒู’ูŠู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู

โ€œTidakkah mereka (orang-orang munafik) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka bagi dia neraka jahanam. Dia kekal di dalamnya dan itu adalah kehinaan yang besar.โ€ (At-Taubah: 63)
Di dalam ayat yang lain:

ูˆูŽุนูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ูƒููู‘ูŽุงุฑูŽ ู†ูŽุงุฑูŽ ุฌูŽู‡ูŽู†ู‘ูŽู…ูŽ ุฎูŽุงู„ูุฏููŠู†ูŽ ูููŠู‡ูŽุง

โ€œAllah mengancam orang-orang munafik yang laki-laki dan perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya.โ€ (At-Taubah: 68)
Kelak mereka akan ada di kerak neraka yang terbawah:

ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู†ูŽ ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูŽุฑู’ูƒู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ููŽู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ูˆูŽู„ูŽู†ู’ ุชูŽุฌูุฏูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู†ูŽุตููŠุฑู‹ุง

โ€œSesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.โ€ (An-Nisa: 145)
Banyak lagi nash dalam Al-Qurโ€™an dan As-Sunnah yang menunjukkan keburukan orang-orang munafik dan ancaman bagi mereka. Sehingga seyogianya bagi seorang muslim untuk berhati-hati dari mereka dan juga menjauhi sifat-sifat mereka.

Pengertian nifaq (kemunafikan)
Kemunafikan adalah menyembunyikan kebatilan dan menampakkan kebaikan. Kemunafikan adalah penyakit hati yang berbahaya. Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ูููŠ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุฑูŽุถูŒ ููŽุฒูŽุงุฏูŽู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽุฑูŽุถู‹ุง ูˆูŽู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽุฐูŽุงุจูŒ ุฃูŽู„ููŠู…ูŒ ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุฐูุจููˆู†ูŽ

โ€œDalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.โ€ (Al-Baqarah: 10)

Jenis nifaq (kemunafikan)
Ada dua jenis, yakni nifaq akbar (kemunafikan besar) dan nifaq asghar (kemunafikan kecil). Kemunafikan akbar yang disebut juga kemunafikan iโ€™tiqadi (keyakinan) adalah menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman. Kemunafikan ini mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Kemunafikan asghar yang disebut pula kemunafikan amali (amalan) adalah menampakkan lahiriah yang baik dan menyembunyikan kebalikannya. Pokok kemunafikan asghar kembali kepada lima perkara: Sering berdusta ketika berbicara, sering tidak menepati janji, jika berselisih melampaui batas, jika melakukan perjanjian melanggarnya, dan sering khianat jika diberi amanah.
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: โ€œKesimpulannya, kemunafikan asghar semuanya kembali kepada berbedanya seseorang ketika sedang sendiri dan ketika terlihat (bersama) orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Hasan Al-Bashri rahimahullahu.โ€ (Lihat Jamiโ€™ul โ€˜Ulum wal Hikam hal. 747)

Perbedaan kemunafikan kecil dan kemunafikan besar
Di antara perbedaan antara keduanya adalah:
1. Kemunafikan akbar pelakunya keluar dari Islam, adapun kemunafikan asghar tidak mengeluarkan dari Islam.
2. Kemunafikan akbar tidak mungkin bersatu dengan keimanan, adapun kemunafikan asghar mungkin ada pada seorang yang beriman.
3. Kemunafikan akbar pelakunya kekal di neraka, sedangkan kemunafikan asghar pelakunya tidak kekal di neraka.
(Lihat Kitabut Tauhid, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Bahaya kemunafikan asghar
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: โ€œKemunafikan asghar adalah jalan menuju kemunafikan akbar, sebagaimana maksiat adalah lorong menuju kekufuran. Sebagaimana orang yang terus-menerus di atas maksiat dikhawatirkan dicabut keimanannya ketika menjelang mati, demikian juga orang yang terus-menerus di atas kemunafikan asghar dikhawatirkan dicabut darinya keimanan dan menjadi munafik tulen.โ€ (Lihat Jamiโ€™ul โ€˜Ulum wal Hikam)

Orang beriman senantiasa khawatir terjatuh ke dalam kemunafikan
Ibnu Mulaikah rahimahullahu berkata: โ€œAku mendapati tiga puluh orang sahabat Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, semuanya mengkhawatirkan kemunafikan atas dirinya.โ€
Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu โ€˜anhu sampai bertanya kepada Hudzaifah radhiyallahu โ€˜anhu, apakah dirinya termasuk yang disebut oleh Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam sebagai orang munafik.
Sebagian ulama menyatakan: โ€œTidak ada yang takut dari kemunafikan kecuali mukmin, dan tidak ada yang merasa aman darinya kecuali munafik.โ€ (dibawakan oleh Al-Bukhari rahimahullahu dari Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu)
Al-Imam Ahmad rahimahullahu ditanya, โ€œApa pendapatmu tentang orang yang mengkhawatirkan atas dirinya kemunafikan?โ€ Beliau menjawab, โ€œSiapa yang merasa dirinya aman dari kemunafikan?โ€ (Lihat Jamiโ€™ul โ€˜Ulum wal Hikam)

Jauhi sifat-sifat munafik
Kami akan sebutkan beberapa sifat kemunafikan amali yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, karena kemunafikan amali inilah yang kadang dianggap remeh oleh sebagian kaum muslimin. Padahal kemunafikan amali sangatlah fatal akibatnya jika terus dilakukan seseorang. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Rajab rahimahullahu: โ€œKemunafikan asghar adalah jalan menuju kemunafikan akbar, sebagaimana maksiat adalah lorong menuju kekufuran. Sebagaimana orang yang terus-menerus di atas maksiat dikhawatirkan dicabut keimanannya ketika menjelang mati. Demikian juga orang yang terus-menerus di atas kemunafikan asghar dikhawatirkan dicabut darinya keimanan dan menjadi munafik tulen.โ€
Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda:
ุขูŠูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ู ุซูŽู„ูŽุงุซูŒุ› ุฅูุฐูŽุง ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽ ูƒูŽุฐูŽุจูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุงุคู’ุชูู…ูู†ูŽ ุฎูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ูˆูŽุนูŽุฏูŽ ุฃูŽุฎู’ู„ูŽููŽ
โ€œTanda orang munafik ada tiga: Jika bicara berdusta, jika diberi amanah berkhianat, dan jika berjanji menyelisihinya.โ€
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu โ€˜anhuma, dari Nabi Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda:
ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŒ ู…ูŽู†ู’ ูƒูู†ู‘ูŽ ูููŠู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ูŽุงููู‚ู‹ุง ุฎูŽุงู„ูุตู‹ุงุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุฎูŽุตู’ู„ุฉูŒ ู…ูู†ู’ู‡ูู†ู‘ูŽ ูููŠู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ูููŠู‡ู ุฎูŽุตู’ู„ูŽุฉูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูู‘ููŽุงู‚ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูŽุฏูŽุนูŽู‡ูŽุง: ู…ูŽู†ู’ ุฅูุฐูŽุง ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽ ูƒูŽุฐูŽุจูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ูˆูŽุนูŽุฏูŽ ุฃูŽุฎู’ู„ูŽููŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฎูŽุงุตูŽู…ูŽ ููŽุฌูŽุฑูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุนูŽุงู‡ูŽุฏูŽ ุบูŽุฏูŽุฑูŽ
โ€œEmpat perkara, barangsiapa yang ada pada dirinya keempat perkara tersebut maka ia munafik tulen. Jika ada padanya satu di antara perangai tersebut berarti ada pada dirinya satu perangai kemunafikan sampai meninggalkannya: Yaitu seseorang jika bicara berdusta, jika membuat janji tidak menepatinya, jika berselisih melampui batas, dan jika melakukan perjanjian mengkhianatinya.โ€
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa di antara perangai kemunafikan adalah:
1. Berdusta ketika bicara
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: โ€œInti kemunafikan yang dibangun di atasnya kemunafikan adalah dusta.โ€
2. Mengingkari janji
3. Mengkhianati amanah
4. Membatalkan perjanjian secara sepihak
Perjanjian yang dimaksud dalam hadits ini ada dua:
1. Perjanjian dengan Allah Subhanahu wa Taโ€™ala untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
2. Perjanjian dengan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Taโ€™ala, dan ini mencakup banyak perkara.
Oleh karena itu, seorang mukmin seharusnya senantiasa berusaha memenuhi perjanjiannya, terlebih lagi perjanjiannya dengan Allah Subhanahu wa Taโ€™ala. Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฑูุฌูŽุงู„ูŒ ุตูŽุฏูŽู‚ููˆุง ู…ูŽุง ุนูŽุงู‡ูŽุฏููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุถูŽู‰ ู†ูŽุญู’ุจูŽู‡ู ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู†ู’ุชูŽุธูุฑู ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽุฏู‘ูŽู„ููˆุง ุชูŽุจู’ุฏููŠู„ู‹ุง

โ€œDi antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).โ€ (Al-Ahzab: 23)
Lain halnya dengan orang-orang kafir dan munafik. Mereka adalah orang-orang yang suka membatalkan secara sepihak serta tidak menepati perjanjian. Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽู†ู’ู‚ูุถููˆู†ูŽ ุนูŽู‡ู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ ุจูŽุนู’ุฏู ู…ููŠุซูŽุงู‚ูู‡ู ูˆูŽูŠูŽู‚ู’ุทูŽุนููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠููˆุตูŽู„ูŽ ูˆูŽูŠููู’ุณูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุฃููˆู„ูŽุฆููƒูŽ ู‡ูู…ู ุงู„ู’ุฎูŽุงุณูุฑููˆู†ูŽ

โ€œ(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya serta membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.โ€ (Al-Baqarah: 27)
Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุนูŽุงู‡ูŽุฏู’ุชูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุซูู…ู‘ูŽ ูŠูŽู†ู’ู‚ูุถููˆู†ูŽ ุนูŽู‡ู’ุฏูŽู‡ูู…ู’ ูููŠ ูƒูู„ู‘ู ู…ูŽุฑู‘ูŽุฉู ูˆูŽู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุชู‘ูŽู‚ููˆู†ูŽ

โ€œ(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).โ€ (Al-Anfal: 56)
Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุงู‡ูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽุฆูู†ู’ ุกูŽุงุชูŽุงู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ููŽุถู’ู„ูู‡ู ู„ูŽู†ูŽุตู‘ูŽุฏู‘ูŽู‚ูŽู†ู‘ูŽ ูˆูŽู„ูŽู†ูŽูƒููˆู†ูŽู†ู‘ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู†ูŽ. ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุกูŽุงุชูŽุงู‡ูู…ู’ ู…ูู†ู’ ููŽุถู’ู„ูู‡ู ุจูŽุฎูู„ููˆุง ุจูู‡ู ูˆูŽุชูŽูˆูŽู„ู‘ูŽูˆู’ุง ูˆูŽู‡ูู…ู’ ู…ูุนู’ุฑูุถููˆู†ูŽ. ููŽุฃูŽุนู’ู‚ูŽุจูŽู‡ูู…ู’ ู†ูููŽุงู‚ู‹ุง ูููŠ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ูŠูŽู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู†ูŽู‡ู ุจูู…ูŽุง ุฃูŽุฎู’ู„ูŽูููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ู…ูŽุง ูˆูŽุนูŽุฏููˆู‡ู ูˆูŽุจูู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽูƒู’ุฐูุจููˆู†ูŽ

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: โ€œSesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.โ€ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah Subhanahu wa Taโ€™ala apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. (At-Taubah: 75-77)

Wajib hukumnya memenuhi perjanjian dengan hamba Allah Subhanahu wa Taโ€™ala
Ibnu Rajab rahimahullahu menyatakan: โ€œMengingkari (mengkhianati) perjanjian adalah haram dalam semua perjanjian seorang muslim dengan yang lainnya walaupun dengan seorang kafir muโ€™ahad. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda:
ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุชูŽู„ูŽ ู…ูุนูŽุงู‡ูŽุฏู‹ุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฑูุญู’ ุฑูŽุงุฆูุญูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽ ุฑููŠุญูŽู‡ูŽุง ุชููˆุฌูŽุฏู ู…ูู†ู’ ู…ูŽุณููŠุฑูŽุฉู ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ุนูŽุงู…ู‹ุง
โ€œBarangsiapa membunuh kafir muโ€™ahad tidak akan mencium bau surga padahal wanginya surga tercium dari jarak 40 tahun perjalanan.โ€ (HR. Al-Bukhari no. 3166) [Lihat Jamiโ€™ul โ€˜Ulum wal Hikam hal. 744]
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullahu juga menyatakan: โ€œAdapun perjanjian di antara kaum muslimin maka keharusan untuk memenuhinya lebih kuat lagi, dan membatalkannya lebih besar dosanya. Yang paling besar adalah membatalkan perjanjian taat kepada pemimpin muslimin yang (kita) telah berbaiโ€™at kepadanya.โ€
Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda:
ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ ู„ูŽุง ูŠููƒูŽู„ูู‘ู…ูู‡ูู…ู’ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุฒูŽูƒูู‘ูŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽุฐูŽุงุจูŒ ุฃูŽู„ููŠู…ูŒ: ...ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุจูŽุงูŠูŽุนูŽ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ู„ูŽุง ูŠูุจูŽุงูŠูุนูู‡ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ูู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ููŽุฅูู†ู’ ุฃูŽุนู’ุทูŽุงู‡ู ู…ูŽุง ูŠูุฑููŠุฏู ูˆูŽููŽู‰ ู„ูŽู‡ู...
Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Taโ€™ala di hari kiamat nanti, tidak akan disucikan, dan mereka akan mendapatkan azab yang pedih โ€“di antaranya: โ€œSeorang yang membaiโ€™at pemimpinnya hanya karena dunia, jika pemimpinnya memberi apa yang dia mau dia penuhi perjanjiannya dan jika tidak maka dia pun tidak menepati perjanjiannya.โ€ (HR. Al-Bukhari no. 2672, Muslim no. 108)

Berhati-hatilah dari berbagai bentuk kemunafikan
Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: โ€œSebagian orang mengira kemunafikan hanyalah ada di zaman Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam saja, tidak ada kemunafikan setelah zaman beliau. Ini adalah prasangka yang salah. Hudzaifah radhiyallahu โ€˜anhu berkata: โ€˜Kemunafikan pada zaman ini lebih dahsyat dari kemunafikan di zaman Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam.โ€™ Mereka berkata: โ€˜Bagaimana (bisa dikatakan demikian)?โ€™ Beliau menjawab: โ€˜Orang-orang munafik di zaman Rasulullah Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam menyembunyikan kemunafikan mereka. Adapun sekarang, mereka (berani) menampakkan kemunafikan merekaโ€™.โ€
Asy-Syaikh Rabiโ€™ bin Hadi Al-Madkhali berkata: โ€œKemunafikan sekarang ini banyak terjadi pada pergerakan politik, sebagaimana telah dipersaksikan oleh sebagian mereka. Sebagian mereka menyatakan: โ€˜Aku tidak pernah tahu ada politikus yang tidak berdusta.โ€™ Sebagian bahkan menyatakan: โ€˜Sesungguhnya politik adalah kemunafikan.โ€™ Sehingga kebanyakan politikus terkena kemunafikan amali dalam partai-partai politik.โ€
Beliau juga menyatakan: โ€œDi antara tanda kemunafikan amali adalah ber-walaโ€™ (berloyalitas) dengan ahlul bidโ€™ah serta membuat manhaj-manhaj berbahaya dalam rangka melawan dan meruntuhkan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah.โ€ (Syarh Ushulus Sunnah)

Penutup
Saudaraku sekalianโ€ฆ
Allah Subhanahu wa Taโ€™ala memerintahkan agar kita bersikap keras dan menjauhi orang-orang munafik serta menjadikannya sebagai musuh. Allah Subhanahu wa Taโ€™ala berfirman:

ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุฌูŽุงู‡ูุฏู ุงู„ู’ูƒููู‘ูŽุงุฑูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู†ูŽ ูˆูŽุงุบู’ู„ูุธู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’

โ€œWahai Nabi, jihadilah orang-orang kafir dan munafikin serta bersikap keraslah kepada mereka.โ€ (At-Tahrim: 9)
Dalam ayat yang lain:

ู‡ูู…ู ุงู„ู’ุนูŽุฏููˆู‘ู ููŽุงุญู’ุฐูŽุฑู’ู‡ูู…ู’

โ€œMereka (orang-orang munafik) adalah musuh maka hati-hatilah dari merekaโ€ฆโ€ (Al-Munafiqun: 4)
Maka, sepatutnya seorang muslim menjauhkan diri dari amalan dan sifat-sifat musuh mereka, serta menjauhkan diri dari semua perkara yang akan menjatuhkan dirinya ke dalam kemunafikan, seperti politik praktis dan berbagai jenis kebidโ€™ahan. Nasโ€™alullah al-โ€™afwa wal afiyah.

Rekomendasi

No comments:

Subscribe Our Newsletter

Notifications

Disqus Logo